Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengalamanku ambil produk polis asuransi pendidikan syariah untuk anak tercinta.

Kisah nyata.

ini berawal ketika seorang sahabat masuk bergabung menjadi agen dari perusahaan asuransi keluarga syariah. Dia sangat getol sekali mensosialisasikan produk-produk dari perusahaan asuransi keluarga syariah yang diusung oleh team mulia(kalau tak salah), beberapa produk yang diunggulkan diantaranya;  dana pensiun dan asuransi pendidikan. Pada waktu itu sahabatku ini menawarkan untuk mengambil salah satu produk, ditambah dukungan sang istri tercinta gayung pun bersambut saya  ambil produk asuransi pendidikan karena anak pertama mulai menginjak Tk, dan saya berfikir mungkin ini ide yang baik untuk merencanakan keuangan untuk jaminan pendidikan anak dimasa yang akan datang, sebab tentu kita tidak tahu apa yang akan terjadi kelak bilamanakan kita dapat menyertai anak kita sampai pada tercapainya tingkat pendidikan yang layak sebagai modal usaha bagi anak kita kelak, meski doa yang terpanjat kita mohonkan demikian. Oke, singkat cerita sebelum polis asuransi dibuat dipaparkanlah ilustrasi pada sistem investasi apa dana yang kita setorkan digunakan, berapa besar premi (Rp. 100ribu) yang akan menjadi kewajiban saya(disesuaikan dengan keadaan dompet waktu itu), berapa yang akan saya dapatkan pada waktu-waktu tertentu, khususnya di asuransi pendidikan syariah ini, misal ketika anak masuk tk, sd, smp, sma dan perguruan tinggi. Dan tentu apapun yang tidak diharapkan terjadi pada sitertanggung, anak/ahli waris akan mendapatkan manfaat tetap sesuai dengan perjanjian awal.


image: flickr

Kesalahan.

Satu kesalahan yang saya lakukan adalah orientasi pada investasi, dengan tujuan menadapatkan nilai yang lebih besar di nilai investasi kelak, saya mengabaikan pilihan-pilihan manfaat yang tersedia, dimana semua diminimalisir atau dihilangkan guna mendapatkan nilai investasi paling menguntungkan nanti. Sebetulnya kalau difikirkan kembali, sebetulnya dengan keputusan itu, bisa saja dikatakan saya mengharapkan kematian, sebab dengan berorientasi pada nilai investasi yang menguntungkan yang tidak begitu jelas saya melepaskan manfaat pertanggungan yang saya anggap waktu itu sebagai manfaat asuransi kesehatan terbaik seperti keutamaan rawat inap, fleksibe cash plan dan yang lainya. Apa saya mulai serakah ya..

Ditengah.

Ditengah jalan pada waktu berjalan 2,5 tahun lamanya pembayaran premi saya memutuskan untuk menutup perjanjian/ penutupan polis asuransi, yang saya dapatkan hanya sekitar Rp. 2juta dari premi yang dibayarkan sekitar Rp. 3jutaan. Tapi itu tak menjadi soal, sebab katanya memang kalau penutupan asuransi diawal tahun memang potongan administrasinya memang sangat besar, mungkin ini diharapkan si tertanggung tetap mengendapkan dananya sampai perusahaan menginvestasikan secara optimal untuk mendapatkan keuntungan ;-) well sah-sah saja kok. Ya sampai pertugas admin nya(nengTina) menyayangkan dan menyarankan ‘sayang kalau diambil’ dan menyarankan untuk mengambilnya tunggu beberapa tahun kedepan biar potongan administrasinya tak terlalu besar, I wish I can do that, kebutuhan mendesak mengakibatkan kita melakukan penyesuaian atas rencana yang tengah dibuat, kita harus fleksibel kan?  Yang harus diperhatikan dari pengalaman ini, setiap perusahaan asuransi akan menetapkan aturan tertentu ketika si tertanggung hendak melakukan penutupan perjanjian, ada juga istilahnya penalty, istilah ini sebenarnya kurang lebih sama dengan kata halus dari ‘potongan administrasi’, yang jelas dana kita yang disetor sebagai premi akan dipotong lumayan besar, syukurlah dibanding dengan sistem hangus di perusahaan asuransi sebelah :-) . lain lagi cerita tetangga saya, dia ambil produk asuransi pendidikan prudential dengan alasan sangat canggih menurut saya, katanya kalau bayar premi telat biasanya suka dibayarin sama agennya, hehe.. mungkit tak semua agen asuransi seperti itu, saya menganggapnya sebagai tetangga yang beruntung saja :-P

sebetulnya secara pribadi saya tak habis fikir mengapa seorang muslim mengambil produk asuransi yang bersifat seperti ‘mengundi’ atau sistem hangus, di rasa sistem ini terlalu banyak hal yang bersifat ‘abu-abu’, jadi kesannya bias, apakah kita sedang menjalankan sunnah untuk mempersiapkan diri dari berbagai kemungkinan, atau kita sedang berjudi kalau terjadi sesuatu kita akan untung besar kalau tidak kita terima resiko dana kita hangus sebab dari awal dana yang disetor sudah dianggap hilang. Please think about it. Mari bersikan lagi niat kita mengambil asuransi pendidikan terbaik bagi anak kita. Apapun yang didunia ini hanyalah sekejap mata saja, bisa saja ketika kita bangun nanti kita sudah berada dikampung akhirat. insyaAlloh.