Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aku adalah nasabah asuransi yang ignorant, akhirnya kehilangan 70% dari total premi asuransi pendidikan anakku yang disetor :-(

Ini adalah dunia yang sebenarnya, banyak tuntutan untuk pemuasan kebutuhan hidup, atau lebih jujurnya keinginan dikehidupan, jikalau keinginan itu tidak akan maka akan diadakan, dibangkitkan, ditimbulkan, yang pada akhirnya kita mengeluarkan jerih payah kita untuk mencapainya(termasuk didalamnya membayar premi asuransi atas resiko kekhawatiran dikemudian hari), kadang hati nurani pun sedikit(atau banyak) dikesampingkan. kita akhirnya terjebak dalam lingkaran sistem yang tanpa akhir demi memuasakan apa yang dipuja, dan kadang lupa akan memaknai arti sesunggunya didalam kehidupan, meski kadang adapula sesaat kilasan kesadaran, kejenuhan bahkan katanya ini merupakan sebuah pertolongan awal bagi kita insan manusia dari Sang Maha Kasih Sayang, dimana hati sudah meragukan apa yang tengah ditekuni selama (mungkin sampai) berpuluh tahun lamanya.. dan selanjutnya, kita berujar dengan semangat berkobar, 'thats it! I will change..', atau terjemahan ngasalnya 'sudah cukup! aku akan berubah', kemudian singkat cerita setelah mengambil keputusan yang berani itu jalur hidup seketika berubah pula, berganti arah dari satu ketentuanNYA ke ketentuanNYA yang lain.

cerita orang pribumi biasa.

seorang pribumi yang kejebak penalti asuransi pendidikan
Seorang tenaga honorer dengan pendapatan jauh kurang dari 1 juta rupiah, terbersit setitik harapan untuk menyisihkan pendapatan demi masa depan anak tercinta, akhirnya mencoba memberanikan diri untuk memiliki polis asuransi pendidikan. akupun tidak terlalu berfikir tetang mengapa memilih asuransi ini, sebab menurut temanku perusahaan asuransi ini adalah perusahaan asuransi terbaik di Indonesia dan katanya di dunia. kemudian aku tergiur dengan ilustrasi asuransi(atau sebaiknya aku sebut saja sekarang 'ilusi' ya..) ditambah dengan ramahnya agen asuransi yang melakukan presentasi, bahkan mungkin sebelumnya diperparah oleh temanku 'menghasut' untuk terjerumus kedalam sistem asuransi ini yang tidak secara baik aku memahaminya, tanpa berfikir panjang diakhiri dengan keputusan, aku butuh asuransi pendidikan ini untuk anakku.

Yang ku ingat dari presentasinya dikatakan dengan hanya menyetor uang premi 'sekian', dalam jangka waktu sekian(puluh) tahun bisa dipastikan mungkin aku akan mendapatkan setelah ditambah bunga(baca: riba) sekian ratus juta rupiah. ya, sudahlah pusing juga dengan angka-angka yang disodorkan, ku fikir. Di mana aku harus tanda tangan, selanjutnya singkat cerita secara rutin aku rajin melakukan setoran kewajiban sebagai teranggung, pembayaran premi ku tidak pernah telat, soalnya temanku yang lain juga pernah telat, entah bener atau tidak, katanya uang nya hangus :-( dengan mengetahui kasus seperti itu bukannya aku malah mengevaluasi diri malah berujar didalam diri untuk lebih rajin lagi menyelesaikan kewajiban. pada saat itu, tidak ada terfikir kalau sebenarnya aku benar-benar disuruh kerja untuk memberikan uang untuk sesorang yang tidak dikenal hanya sekedar atas kekhawatiran yang sebetulnya belum tentu terjadi.

Kejadian yang tak terfikirkan.

Akhirnya, apa yang terfikirkan tidak terjadi benar adanya dan apa yang terjadi justru tidak terfikirkan dan/atau mungkin lebih sederhana sebenernya. pada saat setoran premi asuransi berjumlah sekitar 10(sepuluh) juta-an untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak dengan kebutuhan yang amat sangat mendesak aku harus mengumpulkan uang untuk kebutuhan yang amat sangat mendesak ini sampai-sampai harus pula menutup asuransi pendidikan anakku. bahkan agen asuransi yang ramah pun tak dapat menolong mengurangi besarnya potongan 'biaya administrasi' atau sebagian perusahaan asuransi menyebutnya penalty/hukuman karena biasanya atas pembatalan perjanjian asuransi oleh fihak tertanggung sebelum masa asuransi yang diperjanjikan berakhir.

Ya, secara resmi aku merelakan 70% dari total premi yang aku setor selama ini 'hangus' entah kemana. baru ku sadar aku terkena jebakan maut persis ketika aku menandatangani perjanjian asuransi pendidikan demi anakku semata wayang.

Semoga sedikit curhatan ini memberi manfaat/menginsirasi para sesama orang tua yang akan melakukan apapun demi sang buah hatinya, agar berfikir dengan sangat matang sebelum sesal dikemudian, apa salahnya menabung, mengapa serakah dengan bunga-berbunga yang belum tentu didapatkan dan kalau pun didapatkan bisa dipastikan tidak berkah karena AllohSWT dan RasulSAW tak meridhoinya, takutlah uang haram mengalir didalam tetes darah anak tercinta kita, nauzubillahiminzalik. Seperti kata pepatah; "Sing asak asak nya ngejo bisi tutung tamaga na".